RIZKY ANJASMARA (20130510187) - FINAL TASK of PGAS

DALAM PROGRAM NUKLIR IRAN

Beberapa tahun ini, program pengembangan nuklir Iran hampir selalu menjadi headline di banyak media massa di dunia. Pemicunya adalah kecurigaan dunia Barat – AS dan sekutu Eropanya – pada program nuklir Iran (Blog Nuklir, 2009). Penolakan ini terjadi berawal dari publikasi yang dilakukan oleh Presiden Iran, Mohammad Khatami, ke media televisi terkait dengan keberadaan fasilitas Nuklir Natanz dan fasilitas nuklir lainnya, serta diundangnya International Atomic Energy Agency (IAEA) untuk melakukan inspeksi terhadap fasilitas nuklir tersebut dan pada bulan Juli 2003, laporan IAEA terkait fasilitas tersebut diterbitkan. Laporan tersebut menarik perhatian Amerika Serikat dan Uni Eropa yang berujung pada penolakan keras terhadap Program Nuklir tersebut (Sahimi, Payvand, 2003).
Apabila melihat dari konteks sejarah, program nuklir Iran ini justru pernah mendapatkan dukungan Amerika Serikat melalui berbagai perjanjian kerjasama dan pasokan bahan baku yang dibutuhkan dalam pengolahan nuklir, terutama pada era pemerintahan Shah Reza Pahlevi yaitu sebelum terjadinya Revolusi Islam pada tahun 1979. Akan tetapi Pasca Revolusi, hubungan kedua negara semakin memburuk dan setelah Amerika Serikat secara resmi memutuskan hubungan dipomatik, posisi Amerika Serikat berubah menentang segala hal berkaitan pengembangan teknologi nuklir Iran. Berbeda dari era sebelum Revolusi Islam dimana program nuklir Iran mendapatkan dukungan penuh dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat baik dari segi material dan tenaga ahli, teknologi nuklir Iran setelah be-revolusi sepenuhnya dengan dikerjakan oleh tenaga ahli Iran sendiri dan dibantu oleh negara seperti Russia. Setelah Revolusi Islam, dengan didukung oleh pengembangan instalasi-instalasi pembangkit nuklir serta pesatnya peningkatan kualitas, kuantitas, dan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir Iran, negara ini mulai mengupayakan berbagai terobosan untuk memasuki bidang siklus bahan bakar nuklir dan berbagai macam aspeknya.
Sudah ada beberapa langkah yang diambil oleh kedua negara tersebut guna menghentikan program pengembangan nuklir yang dicanangkan oleh Iran tersebut. Salah satu contohnya adalah sanksi yang diberikan untuk Iran dari Uni Eropa berupa embargo minyak dan juga pembekuan aset yang bertujuan agar Iran tidak melanjutkan program pengembangan nuklir dan pengayaan uranium-nya. Pemberian sanksi embargo ini juga disebabkan oleh sikap Iran yang tidak koperatif dengan IAEA (Institutional Journal UPN Veteran Yogyakarta, 2015). Selain itu, Amerika Serikat yang juga menentang program ini juga pernah mengambil langkah yang serupa dengan Uni Eropa dengan memberikan sanksi unilateral kepada Iran (Sahimi, 2003).
Dalam menindak lanjuti perkembangan program nuklir Iran tersebut dimana mereka tetap bersikeras untuk menjalankannya, negara-begara Barat dan Amerika Serikat menyikapi dengan mengembangkan sikap-sikap persuasif sekaligus juga melalui penekanan-penekanan sebagai sebuah respon terhadap program nuklir Iran. termasuk upaya-upaya untuk menemukan solusi diplomatis mengenai isu nuklir Iran. Pada bulan Juni 2006, 5 anggota tetap Dewan Keamanan PBB yaitu Inggris, China, Perancis, Russia dan Amerika Serikat ditambah dengan Jerman (P5+1), menyetujui sebuah proposal baru yang akan ditawarkan kepada pemerintah Iran. proposal tersebut memuat insentif yang ditujukan untuk membujuk Iran menunda pengayaan uranium, sekaligus juga kemungkinan pemberian sanksi apabila Iran menolak untuk memberlakukan penundaan (People CN, 2008). Proposal ini juga dinilai sebagai proposal yang lebih baik dari yang sebelumnya pernah diajukan oleh negara-negara Eropa. Dikatakan lebih baik karena juga mengadopsi kebutuhan-kebutuhan Iran (Ingram, 2006).
Di dalam perkembangannya, isu program nuklir Iran ini nyatanya telah mencapai sebuah titik terang. Pasalnya, sebuah kesepakatan telah tercapai terkait tenagng isu ini setelah perundingan yang dilakukan enam kekuatan dunia dengan Iran di Lausanne, Swiss. Kesepakatan tersebut akan dibahas secara menyeluruh pada 30 Juni 2015 mendatang. Perundingan yang digelar oleh negara anggota P5+1 tersebut (lima negara yang menjadi Dewan Keamanan PBB) ditambah Jerman - dengan Iran ini ditujukan untuk menjamin agar pemerintah Teheran tidak mengembangkan senjata nuklir (BBC Indonesia, 2015). Akan tetapi, rencana tersebut terancam akan terhambat oleh pemerintahan Prancis jika Iran tetap tidak setuju memberikan akses kepada negara yang tergabung dalam kelompok P5+1 untuk melakukan inspeksi pada semua instalasi militer Iran terkait program nuklirnya. Inspeksi tersebut dilakukan dengan mewawancarai para ilmuwan Iran yang terlibat dalam program nuklir. Namun, pemimpin tertinggi Iran tersebut menolak untuk menerima tuntutan itu dengan menegaskan bahwa pemerintahan Iran menolak segala bentuk inspeksi dari negara-negara Barat terkait dengan program nuklir yang mereka jalankan.
Kesimpulannya, proses kerja sama yang terjalin diantara dua kekuatan besar ini masih  akan terus berlanjut untuk menindaklanjuti program pengembangan nuklir yang dimiliki oleh Iran. Meskipun Iran menegaskan bahwa tujuan pengembangan nuklir yang mereka miliki adalah tujuan damai, akan tetapi dengan menggunakan landasan security dilemma, maka kedua negara superpower tersebut tidak akan membiarkan nuklir tersebut berkembang dengan tujuan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Sebagai penegasan, proses negosiasi kesepakatan akhir program nuklir Iran masih terus dilanjutkan di Kota Wina, Austria, dan diprediksi akan selesai pada 30 Juni 2015. Pertemuan itu dihadiri seluruh tingkat menteri luar negeri negara-negara P5+1. Sebelumnya, Iran telah mencapai kesepakatan sementara dengan negara anggota P5+1 pada 2 April 2015. Kesepakatan sementara tersebut memperbolehkan badan PBB untuk melaksanakan inspeksi pada program nuklir dengan catatan tidak mewawancarai ilmuwan. Namun, bukan salah satu dari anggota P5+1 yang melakukan inspeksi.

Reference

BBC Indonesia. (2015, April 3). Retrieved June 28, 2015, from BBC Indonesia: http://www.bbc.com/indonesia/olahraga/2015/04/150402_teheran_nuklir
Blog Nuklir. (2009). Retrieved June 28, 2015, from Blog Nuklir: http://blog.nuklir.org/?p=176
Ingram, K. P.-D. (2006, August 31). British American Security Information Council. Retrieved June 28, 2015, from British American Security Information Council: http://www.basicint.org/sites/default/files/BN060901.pdf
Institutional Journal UPN Veteran Yogyakarta. (2015, March 4). Retrieved June 28, 2015, from Institutional Journal UPN Veteran Yogyakarta: http://eprints.upnyk.ac.id/3275/
People CN. (2008, December 07). Retrieved June 28, 2015, from People CN: http://en.people.cn/200612/07/eng20061207_329765.html
Sahimi, M. (2003, October 3). Payvand. Retrieved June 2008, 2015, from Payvand Iran News: http://www.payvand.com/news/03/oct/1022.html
Sahimi, M. (2003, October 2). Payvand. Retrieved June 28, 2015, from Payvand Iran News: http://www.payvand.com/news/03/oct/1015.html